I made this widget at MyFlashFetish.com.

Sunday, October 18, 2009

Semoga aku dapat mencontohi Rasulullah dan insan ini bila bergelar ayah nanti insyaallah

Ayah Membawakan Bekal Ke Sekolah

Ini adalah salah satu kebiasaan Al Banna yang mungkin jarang dilakukan oleh para ayah. Beliau memberi bantuan , penjagaan dan perhatian kepada anak-anak nya hingga dalam sekolah, menjadikan anak - anak mereka merasa bahwa mereka selalu dalam perhatian ibu bapanya. Jika seorang anak merasa bahwa dirinya adalah nombor satu dalam hati ibu dan ayahnya, maka ia adalah sebab utama keberkesanan dalam mendidik mereka. Tentang perhatian Imam Hasan Al Banna terhadap anak-anaknya dan bagaimana penjagaan Al Banna pada mereka diceritakan oleh Saiful Islam(anak lelaki hasan al banna - anak yg kedua) :
“Aku tidak melebihkan dalam masalah ini, ketika aku nyatakan bahwa ayah adalah pemimpin rumah tangga paling ideal. Sejak aku masih kecil dan masih kanak-kanak aku belum pernah merasakan ayah kurang memberi perhatian atau kasih sayang pada kami atau kurang memikirkan masalah kami. Kami merasa sangat ta'jub ketika kami merasa di saat ini kami sendiri masih belum mencapai seperti apa yang dilakukan oleh ayah pada kami.”

Berkata Ir. Roja Hasan Al Banna(anak perempuan hasan albanna yg ke3), “Aku ingat, ayah-semoga Allah merahmatinya- selalu membawakan makan pagi ke sekolah taman kanak-kanak(tadika) ketika usiaku lima tahun. Ini kerena perhatiannya padaku amat besar agar aku dapat makan pagi. Ketika itu aku memang sering lupa membawa roti untuk sarapan pagi ke sekolah, atau mungkin kerana makananku diambil oleh teman-teman di sekolah. Ayah sangat berusaha untuk membawa makan pagi itu setiap hari ke sekolah meskipun aku tahu kesibukannya di luar sana. Tapi beliau tetap tidak lupakan kami...”

Kesan dari sikap ayah melayan kami sedemikain rupa menyebabkan hubungan dan kecintaan kasih sayang antara kami sangat kuat. Roja menambah “Kami sangat mencintai ayah...sangat cinta. Kami mentaati keinginannya kerana kami cinta padanya, bukan kerana kami takut padanya. Bila mana ayah meninggalkan kami buat selama - lamanya kami semua sangat merasa kehilangan. ..

contoh isteri solehah


Ya Ummu Wafa, Istana Kita menanti di Surga


Kondisi keluarga jelas sangat menjamin perkembangan jiwa anak secara baik. Kondisi keluarga yang penuh kasih sayang, penuh perhatian dan kepedulian akan menyebabkan anggota keluarga saling hormat dan saling menghargai. Di antara faktor penting untuk melakukan pemeliharaan yang benar adalah, adanya lingkungan yang mendukung untuk tujuan pendidikan itu sendiri. Lingkungan akan membantu sang anak lebih mudah memiliki perilaku yang baik. Perilaku Imam Hasan Al Banna di rumah, interaksinya dengan isterinya, hubungannya dengan anak-anaknya, itu semua mewakili lingkungan yang baik dan subur untuk menghidupkan generasi yang shalih.

QS Al A’raf : 58

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”

Tsana, puteri Al Banna, juga mengatakan, “Subhanallah, setelah aku berkeluarga, maka ayahkulah yang menjadi contoh sangat baik dalam hal pengorbanan. Kerananya aku sangat yakin sekali dengan dakwah yang disampaikan ayah. Ayah tidak perlu banyak mengatakan apapun, tapi kecintaanku kepada dakwahnya begitu kuat sampai setelah ayah wafat, para Ikhwan yang dibebaskan dari penjara datang kepada keluarga kami mengucapkan salam. Umumnya mereka semua datang kepada kami dengan selalu membawa makanan. Bahkan meskipun makanan itu berupa makanan yang belum jadi seperti daging mentah, dan itu sangat membahagiakan ibu.”

Tsana(anak bongsu hasan al banna) melanjutkan: “Ketika menjejak kaki ke cairo, mereka menyewa sebuah bilik untuk digunakan sebagai pusat dakwah . Ketika itu, Ibu mengambil hampir semua perabotan rumah untuk digunakan di pusat dakwah. Ketika ayah membagun sekretariat Ikhwanul Muslimun, beliau malah meminta ayah membawa sebagian besar perabot rumah agar sekretariat menjadi lebih hidup. Ayahpun membawa karpet, almari, meja-meja dan masih banyak lagi perabotan lain ke sekretriat dan ibu sangat senang hati. Di rumah kami sendiri, tak ada ruang kecuali sedikit sekali, termasuk sajadah dan almari yang sebenarnya dibuat oleh Ibu sendiri. Kami hanya menggunakan sedikit dinding dan untuk menutupi kamar, kami menggunakan apa saja bahan yang boleh digunakan. Dengan pengorbanan itu, ibu tampak tidak merasakan apa-apa dan sepertinya ia tidak memberikan apapun untuk dakwah ini dari semua perabot rumahnya.

Kepercayaan yang Sangat Besar

Tsana mengatakan : “Kepercayaan ibu kepada ayah besar sekali. Para akhwat datang dan duduk bersama ayah terkadang mendiskusikan banyak masalah dakwah tentu saja secara terbuka. Tapi ibu tidak pernah merasakan kesempitan dengan hal itu dan tidak bertanya apa yang dilakukan para akhwat itu, sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan isteri. Kepercayaan kepada ayah sangat besar dan sulit digambarkan. Sampai ketika rumah kami termasuk ke dalam peta rumah yang akan diletupkan oleh kerajaan . ibuku meminta ayah untuk membelikan rumah kecil untuk kami. Tapi ketika itu ayah mengatakan dengan keimanan mendalam: “Wahai Ummu Wafa, istana kita menanti di syurga. Allah takkan mengsia-siakan kita di dunia.” Perkataan itu meresap dalam hati ibuku dengan penuh cinta dan sikap lapang. Ibu tidak marah dan tidak kecewa seperti banyak dilakukan para isteri zaman sekarang ini. Selalu saja ayah memanggil ibu dengan ungkapan, wahai Ummu Wafa. Dan ibu memanggil ayah dengan panggilan, wahai Ustadz Hasan. Itu karena adanya rasa saling menghormati di antara mereka.